English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Sabtu, 07 Januari 2012

Doa Dan Air Mata Rasulullah Yang Mencintai Ummatnya Disaat Ajal Menjemput

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang
berseru mengucapkan salam.       "Bolehkah saya masuk?"
tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya       masuk,
"Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang
membalikkan badan dan menutup pintu.       Kemudian ia
kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata
dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"
 
"Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku
melihatnya," tutur Fatimah lembut.       Lalu, Rasulullah
menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan.
Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu
hendak dikenang.       "Ketahuilah, dialah yang
menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan
pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata
Rasulullah,       Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah
menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.
      Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah
bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah
dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti
di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang
amat lemah.       "Pintu-pintu langit telah terbuka, para
malaikat telah menanti ruhmu.       Semua syurga terbuka
lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu
ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih
penuh kecemasan.       "Engkau tidak senang mendengar
khabar ini?" Tanya Jibril lagi.       "Khabarkan kepadaku
bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai
Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman
kepadaku:       'Kuharamkan syurga bagi siapa saja,
kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata
Jibril.       Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail
melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak
seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat
lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut
ini."       Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah
terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam
dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku,
hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah
pada Malaikat pengantar wahyu itu.       "Siapakah yang
sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata
Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh,
karena sakit yang tidak tertahankan lagi.       "Ya Allah,
dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini
kepadaku, jangan pada umatku. "Badan Rasulullah mulai
dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.
      
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu,
Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati,
wa maa malakat aimanuku       --peliharalah shalat dan
peliharalah orang-orang lemah di antaramu."       Diluar
pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling
berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali
 
kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang
mulai kebiruan.       "Ummatii, ummatii, ummatiii?" -
"Umatku, umatku, umatku"       Dan, berakhirlah hidup
manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah
kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad
wa baarik alaaa wa salim 'alaihi Betapa cintanya  Rasulullah kepada kita.            

Kirimkan
kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul
kesadaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti
Allah dan Rasulnya mencintai kita.       Karena
sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka.
Amin...       






[ BACK ]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar